Tuesday, March 07, 2006

ERA KEBANGKITAN

Inilah Era Kebangkitan

Ketika kita mencermati kejayaan dan kemenangan bangsa-bangsa di dunia pada masa silam, dengan torehan tinta emas di lembaran sejarahnya, maka kita akan disadarkan kembali oleh sebuah kekuatan prinsip hidup yang maha dahsyat yang menjadi dasar pijakan para founding fathers bangsanya. Bukanlah sebuah keniscayaan, bila prinsip yang begitu kuat menghujam itulah yang menjadi cikal bakal energi untuk mencapai kejayaan.
Tak perlu memandang jauh-jauh, rasakanlah di radius terdekat kita. Dengarlah denyutan kebangkitan itu di kantor-kantor, di perusahaan-perusahaan, lembaga pendidikan juga sektor-sektor lainnya yang seakan tak mau ketinggalan. Sebuah perjuangan baru telah dipancangkan. Sebuah era kebangkitan telah dimulai. Allahu Akbar.

Keteguhan dalam memegang prinsip, tak lepas dari makna prinsip hidup itu sendiri. Sebuah keyakinan hakiki untuk menjadi manusia sejati, hanya mampu dipahami dengan kebersihan hari (fitrah). Padang Arafah sebagai simbol manusia yang selalu haus untuk selalu mendekati sifat-sifat Sang Pencipta. Sifat-sifat Sang Khalik yang berada dalam jiwa sanubari yang bersih, yang acapkali tertutupi oleh belenggu hitam yang mengelilinginya. Di Arafah, sejatinya manusia diajari oleh Tuhan untuk tak hanya melingkupi tubuhnya dengan putihnya pakaian ihram, namun Ia pun memberi keteladanan putihnya hati. Putih laksana malaikat yang memiliki integritas tertinggi sebagai makhluk mulia ciptaan-Nya. Putih bagaikan hati yang suci (0). Simbol kedua yaitu lontar jumrah, yaitu sebuah pemaknaan untuk kembali suci dengan mengenyahkan semua isme yang bukan bersandar dari nilai-nilai Ilahi; semua tahta yang berujung pada berhala-berhala; semua kefanaan yang hanya kasat di mata. Maka pergilah...! Kuusir engkau dan enyahlah dengan lontaran jumrah ini!

Setelah memahami dan merasakan nilai-nilai hakiki itu sebagai sesuatu yang harus dimuliakan daripada nilai-nilai yang lain, maka dimulailah mental building dengan prinsip Tauhid (ke-Esaan Allah). Simbol keempat ini diajarkan oleh-Nya dengan ibadah thawaf. Tak cukup sampai di sini. Ingatlah bahwa nilai-nilai mulia milik Tuhan itu bukanlah untuk dipamerkan atau menjadi barang simpanan saja, melainkan harus dikejawantahkan ke muka bumi. Ia harus menyemesta dan mampu menyejahterakan the universe dengan amalan kerja nyata. Berjuang, bekerja, dan belajar. Sa’i, sa’i, dan teruslah ber-sa’i. Janganlah mengeluh, teruslah berlari bekerja dan berprestasi. Biarkan tulang dan keringat menjadi saksi di hamparan bumi. Bahwa ia telah menyuburkan tanah yang kita tapaki. Bahwa ia telah menumbuhkan biji-biji kehidupan di muka bumi. Bahwa cucuran peluh itu bak layaknya air Zam-zam yang memancar di akhir zaman nanti, sebagai balasan dari Sang Pencipta.

Dicuplik dari rubrik Sapa Majalah Nebula nomor 05

No comments: